Penulis: Anwar Iqbal
Jakarta, JMOL ** Disparitas ekononomi wilayah Barat
dan Timur Indonesia, khususnya di wilayah Papua, menjadi masalah yang
belum sepenuhnya bisa dipecahkan pemerintah pusat hingga saat ini.
Masalah tersebut adalah tingginya ongkos angkut logistik, bersumber
minimnya dukungan infrastruktur, yakni pelabuhan, termasuk pelayaran
kapal.
PT Pelindo II atau sekarang disebut Indonesian Port Corporations
(IPC) berinisiatif melakukan terobosan dengan merencanakan pembangunan
Pelabuhan di Sorong, Papua Barat.
Pelabuhan ini dirancang sebagai pelabuhan bertaraf internasional yang
diharapkan dapat menjadi pelabuhan pengumpul (Hub Port) bagi daerah di
sekitar Papua, sekaligus menjadi pelabuhan transit (transshipment port) bagi lintasan jalur perdagangan Asia Timur menuju Australia, dan negara-negara di Kepulauan Pasifik Barat.
“Tahap I pelabuhan Sorong akan dibangun di Pulau Teleme. Nantinya,
akan ada dermaga sepanjang 500 meter, dengan lapangan penumpukan seluas
24 hektar. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan internasional
berkapasitas 500 ribu TEUs setahun,” kata Direktur Utama IPC, RJ Lino.
Sejatinya, sejak pertengahan 2013 pelabuhan ini sudah bisa beroperasi
jika saja IPC diperkenankan mulai membangun sejak 2011. Pelabuhan
tersebut juga diharapkan dapat menjadi contoh pelabuhan yang dikelola
secara profesional sejak awal.
“Sebab, kami akan mengelola pelabuhan itu dari awal secara profesional. Tak lagi sekadar pembenahan belaka,” ujar Lino.
Luas lahan yang dipatok juga tak main-main. Pemerintah Kabupaten
Sorong disebut telah menyanggupi permintaan IPC dengan menyediakan lahan
seluas 7.500-10 ribu hektar. Areal seluas itu setara dengan luas
Pelabuhan Rotterdam di Belanda, salah satu pelabuhan tersibuk di dunia
dengan kapasitas 11 juta TEUs per tahun, sehingga mudah menempatkan
kawasan industri di daerah penyangga pelabuhan.
Lokasi pembangunan pelabuhan, tepatnya berada di Pulau Teleme,
Kecamatan Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Lokasi tersebut
dikatakan masih berjarak 100 kilometer dari Pelabuhan Kota Sorong.
Ideal Bagi Kapal Kargo Bermuatan Puluhan Ribu TEUs
Dalam pengamatan, Pulau Teleme adalah pulau tak berpenghuni yang
dipisahkan selat selebar 200 meter dari daratan Papua. Di kecamatan
Seget sendiri, tidak terlihat banyak kampung, sehingga memudahkan
relokasi untuk dibangun kawasan industri.
Selain itu, perairan sekitar Teleme memiliki kedalaman sekitar 18-30
meter, sehingga ideal bagi kapal kargo bermuatan ribuan hingga puluhan
ribu TEUs.
“Dengan kedalamannya di atas 18 meter, pelabuhan ini dapat menampung
kapal-kapal berukuran besar hingga 100 ribu DWT,” papar Zuhri Iriansyah,
pemimpin proyek pembangunan Pelabuhan Sorong.
Dengan tambahan lahan seluas 7.500-10 ribu hektar diharapkan dapat
tumbuh kawasan Industri baru di Indonesia bagian Timur, khususnya Papua.
Selain itu, adanya pelabuhan juga dapat memperkuat konektivitas
antarpulau di Indonesia yang selama ini terputus untuk wilayah Papua,
karena terbatasnya infrastruktur pelabuhan memadai.
Semoga dengan terealisasinya pelabuhan ini, harga semen di Papua
sudah tidak lagi 20 kali lipat dari harga semen di Jawa. Industri secara
bertahap juga dapat berpindah ke daratan Papua, yang selama ini hanya
menumpuk di Pulau Jawa.
Editor: Arif Giyanto
SUMBER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar