Blogger news

Pages

Sabtu, 02 Agustus 2014

KRI BANJARMASIN 592

KRI BANJARMASIN 592


KRI Banjarmasin (592) adalah kapal ke-3 jenis LPD yang dua kapal jenis ini sebelumnya dibuat di Daesun Shipbuildings & Engineering Co. Ltd, Korea Selatan, dan sekarang dibuat di PT. PAL Indonesia, Surabaya. Kapal ini dirancang sebagai kapal pendukung operasi amfibi, yang memiliki kemampuan mengangkut pasukan pendarat berikut kendaraan tempur beserta kelengkapannya. Kapal ini juga mampu mengangkut 5 buah helikopter (3 di geladak heli, 2 di hanggar). Selain sebagai kapal tempur, kapal yang berteknologi desain semi-siluman ini juga berfungsi untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.
WIKIPEDIA

Jumat, 01 Agustus 2014

KRI DEWA RUCI

KRI DEWA RUCI
KRI Dewaruci adalah kapal latih bagi taruna/kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut. Kapal ini berbasis di Surabaya dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Dewa Ruci.

Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun oleh H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952 yang masih laik layar dari tiga yang pernah diproduksi. Pembuatan kapal ini dimulai pada tahun 1932, namun terhenti karena saat Perang Dunia II galangan kapal pembuatnya rusak parah. Kapal tersebut akhirnya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan pada tahun 1953.
Dewaruci dibuat pada tahun 1952 oleh H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman Barat, pertama diluncurkan pada tanggal 24 Januari 1953, dan pada bulan Juli nya dilayarkan ke Indonesia oleh taruna AL dan kadet ALRI. Setelah itu KRI Dewaruci yang berpangkalan di Surabaya, ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan juga ke luar negeri.
WIKIPEDIA

KRI SULTAN HASANUDDIN 366

KRI SULTAN HASANUDDIN 366

KRI Sultan Hasanuddin dengan nomor lambung 366 merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas SIGMA milik TNI AL. Nama KRI Sultan Hasanuddin diambil dari nama Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI.
KRI Sultan Hasanuddin merupakan sebuah korvet modern yang dibuat oleh galangan kapal Schelde, Belanda yang mulai pada tahun 2005 khusus untuk TNI-AL. KRI Sultan Hasanuddin akan bertugas sebagai kapal patroli dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Kapal kelas SIGMA ini mulai dikerjakan pada Oktober 2004, dan akan siap tugas pada tahun 2007.

 SIGMA dirancang utnuk menerima sistem modul di berbagai area, hal ini menyebabkan kapal ini mempunyai keluwesan yang tinggi dalam pengaturannya dengan biaya yang rendah. Korvet ini dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan pertempuran yang lengkap di dalam ruang yang luas untuk menampung akomodasi 80 orang, sebuah dek helikopter dan propulsi diesel propeler ganda.Kemampuan propulsi dan keseimbangan yang tinggi dari kapal ini (dilengkapi dengan gulungan penyetabil pasif) membuatnya cocok untuk operasi pencarian dan patroli di perairan teritorial indonesia. Fungsi dasar dari kapal ini adalah Patroli maritim Zona Ekonomi Ekslusif (EEZ), Penggetar, Pencarian dan penyelamatan (SAR) dan anti kapal selam. Dek helikopter mampu menampung sebuah helikopter dengan berat maksimum 5 ton dilengkapi dengan fasilitas lashing point dan sistem pengisian BBM .Operasi helikopter mampu dilakukan pada malam hari maupun siang hari.Kapal ini dibuat menggunakan rules Lloyd's Registeruntuk unrestricted service dan distujui oleh prinsipal kelautan yang bonafid.

Kapal kelas sigma ini dilengkapi dua buah mesin diesel V28-33D STC (sequintial turbo charging) diproduksi oleh MAN Diesel (Jerman) berkonfigurasi V 20 silinder. Mesin berkekuatan 8900 kW ini masing-masing menggerakan sebuah baling-baling yang bisa diatur kemiringan bilahnya melalui sebuah gir pengurang putaran satu tingkat. Mesin berbobot 46 ton ini berukuran panjang x lebar x tinggi = 7330 x 2100 x 3180 mm.

Sebagai bagian dari armada patroli KRI Sultan Hasanuddin dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan untuk meronda wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :
  • Peluru kendali darat ke udara: MBDA Mistral dalam peluncur Tetral laras 4, Jangkauan efektif 6 km
  • Peluru kendali anti kapal: MBDA Excocet MM40 block 2, Jangkauan efektif 70 km
  • Kanon utama: Oto-Melara Super rapid kaliber 76 mm, kecepatan tembakan 120 rpm,jarak maksimum 16 km (Posisi A)
  • Kanon anti serangan udara: 2 x 20 mm DENEL Vector G12 (Posisi B)
  • Torpedo: 3A 244S Mode II/MU 90 dilengkapi dengan 2 peluncur torpedo B515
  • Sistem Perang: Thales TACTICOS
  • Radar utama: MW08 3D multibeam surveillance radar
  • Radar senjata: LIROD Mk2 tracking radar
  • Data Link: LINK Y Mk2 datalink system
  • Sonar: Thales Kingklip medium frequency active/passive ASW hull mounted sonar
  • Elektronik Komunikasi: Thales/Signaal FOCON
  • Sistem Pengecoh: TERMA SKWS
  • Platform integrasi utama: Imtech UniMACs 3000 Integrated Bridge System
WIKIPEDIA


KRI MULTATULI 561

KRI MULTATULI 561

Diantara ratusan kapal perang yang dimiliki TNI AL, banyak yang terbilang unik dan punya nilai sejarah tinggi. Kalau bicara KRI Irian atau KRI Ratulangi tentu itu sudah biasa, dan kedua kapal yang fenomenal itu pun sudah jadi cerita masa lalu bagi TNI AL. Bila bicara tentang kekinian pun banyak yang menarik disimak, boleh jadi publik telah akrab dengan nama frigat kelas Van Speijk, frigat kelas Fatahillah, dan korvet kelas SIGMA besutan Belanda. Tapi lain dari itu, rasanya masih begitu banyak jenis-jenis kapal perang TNI AL yang belum dikenal luas, atau mungkin saya yang belum mengenalnya.


Salah satu yang menarik perhatian saya adalah sosok KRI Multatuli yang punya nomer lambung 561. Mengapa dipandang menarik? Pertama, kode lambung dengan awalan 5 sudah jamak digunakan TNI AL untuk menandai bahwa kapal yang dimaksud adalah jenis LST (landing ship tank) dan LPD (landing platform dock). Lebih detail lagi, untuk LST ditandai dengan penamaan nama-nama Teluk di Indonesia, sedangkan LPD ditandai dengan penamaaan nama-nama kota besar yang punya ciri khas maritim di Nusantara. Lalu KRI Multatuli dengan nomer lambung 561 tidak berada diantara kedua jenis kapal tersebut.

Sisi menarik yang kedua dari KRI Multatuli adalah riwayatnya yang agak ‘sulit’ ditelusuri secara jelas. Berbeda dengan informasi dan spesifikasi pada jenis kapal frigat dan korvet, sebagai orang awam saya bisa mencari spesifikasi lengkapnya di annual reference book seperti Jane’s Fighting Ship. Tapi untuk sosok KRI Multatuli identitasnya begitu terbatas. Hanya yang jelas kapal ini dibuat oleh galangan Ishikawajima Harima, Tokyo – Jepang pada tahun 1961. Identitas sebagai kapal buatan Jepang juga unik bagi saya, pasalnya belum pernah terdengar armada kapal TNI AL dibeli dari Negeri Sakura.

Ada lagi sisi menarik yang ketiga, dari sisi rancangan desain, awalnya KRI Multatuli tidak dilengkapi hangar pada dek helikopter, sedangkan bila dilihat pada foto-foto terbaru KRI Multatuli, sudah nampak bangunan hangar yang desainnya cukup besar. Bila diperhatikan, pemasangan hangar itu juga menambah kelengkapan pada perangkat elektronika yang ditempatkan pada sisi atas hangar.

Dirunut dari usianya kapal ini tentu sudah cukup tua, dari rancangan awal diketahui KRI Multatuli adalah jenis kapal tender kapal selam, lalu kemudian dikonversi menjadi kapal markas (kapal komando). Dalam setiap gelar operasi laut yang melibatkan komponen kapal perang, KRI Multatuli mengemban tugas sebagai kapal markas. Perannya adalah melakukan koordinasi, pengendalian, dan perbekalan pada kapal-kapal tempur di gugus tempur. Desain awalnya sebagai kapal tender plus bekal mampu membawa helikopter menjadikan kapal ini ideal sebagai kapal markas.

Dari informasi yang terbatas, diketahui KRI Multatuli mempunyai berat dengan muatan penuh 6.741 ton, serta muatan kosong 3.220 ton. Dimensi kapal ini 111,35 x 16 x 6,98 meter, dan ditenagai 1 mesin diesel barmeister & wain – 1 shaft dengan 5500 bhp. Kecepatan maksimumnya 18,5 knot atau setara 34 km per jam. Kapal yang masuk dalam jajaran Satuan Komado Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) ini diawaki oleh 130 personel, dan di komandani oleh perwira berpangkat letnan kolonel.

Sebagai kapal markas yang mengemban tugas strategis, sayangnya kapal ini minim persenjataan, tapi memang biasanya kapal markas dalam gelar operasi selalu mendapat pegawalan dari kapal perang lainnya. Menurut Jane’s Fighting Ship, kapal ini hanya dibekali 2 twin and 2 single 37mm, 63 cal, AA : 2 twin 14,5mm – 93 cal, 2M-7 AA (anti aircraft). Padahal idealnya kapal markas dibekali sista rudal atau CIWS (close in weapon system) seperti Phalanx 20mm.

Dari logo-nya, KRI Multatuli punya semboyan “Tangguh Pantang Menyerah,” dan karena ketangguhannya kapal ini masih tetap dipercaya mengemban tugas untuk beragam operasi TNI AL. Kiprah terbaru KRI Multatuli 561 adalah dalam mendukung operasi Taring Hiu-12 dan Alur-12 yang digelar Gugus Keamanan Laut Armada Timur (Guskamlatim) pada bulan Oktober 2012.

KRI Multatuli 561 diberi kode MA pada logo-nya, ada yang menyebut MA adalah markas atau bisa juga MA (miscellaneous auxiliary). Saya pun kurang paham. Besar harapan ada rekan-rekan pembaca atau awak KRI Multatuli yang budiman untuk meralat atau menambahkan informasi seputar KRI Multatuli, “kapal markas yang misterius.” (Gilang Perdana)

INDOMILITER 


KRI TELUK BANTEN 516

KRI TELUK BANTEN 516
TELUK Semangka Class merupakan kapal  perang TNI AL jenis angkut tank (LST) dan kargo yang dibeli dari Korea Selatan. Kapal jenis ini dibangun perusahaan Korea - Tacoma SY, Masan pada tahun 1981. Indonesia melalui TNI AlL mengakusisi 6 kapal dari jenis yang sama.

Kapal lain dalam Teluk Semangka Class adalah :
- KRI Teluk Semangka (512)
- KRI Teluk Penyu (513)
- KRI Teluk Mandar (514) 
- KRI Teluk Sampit (515)
- KRI Teluk Banten (516)
- KRI Teluk Ende (517)
Panjang : 100 m
Lebar : 15,4 m
Draft :  4,2 m
Berat : 3,770 ton
Kapasitas Kargo : 1,800 ton / 690 ton untuk misi pendaratan tank / 220 pasukan infanteri
Kecepatan : 15 knot
Mesin : dua mesin diesel menghasilkan 5.600 HP
Awak kapal : 117 orangberserta perwira
Negara Pembuat : Korea-Tacoma SY, Masan, Korea Selatan
Tahun pembuatan : 1981
Persenjataan : 3 meriam 40 mm, 2 senjata mesin 20 mm & 2 senjata mesin 12,7 mm
Kapal jenis semua terdapat fasilitas dek helikopter di bagian belakang untuk operasi udara.

KRI TELUK LAMPUNG 540

KRI TELUK LAMPUNG 540
KRI Teluk Lampung (540) merupakan kapal kesepuluh dari kapal perang jenis kapal pendarat kelas Teluk Gilimanuk milik TNI AL. Dinamai menurut nama sebuah teluk di Lampung.
KRI Teluk Lampung dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1979 untuk Angkatan Laut Jerman Timur dengan nomor lambung 636. Kapal berjenis Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah untuk TNI Angkatan Laut dan masuk armada pada tahun 1994. KRI ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
KRI Teluk Lampung bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.

KRI Teluk Lampung memiliki berat 1,900 ton. Dengan dimensi 90,70 meter x 11,12 meter x 3,4 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel, 2 shaft menghasilkan 12,000 bhp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot. Diawaki oleh maksimal 42 pelaut. Mampu mengangkut kargo hingga seberat 600 ton.

KRI Teluk Lampung bukanlah termasuk armada tempur maupun pemukul. Sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik, KRI Teluk Lampung hanya dibekali senjata pertahanan diri berupa:
  1. 1 kanon laras ganda kaliber 37mm Model 1939
  2. 1 Meriam Bofors 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm, jangkauan 10 Km untuk target permukaan terbatas dan target udara.
  3. 2 kanon laras ganda kaliber 25mm
KRI Teluk Lampung diperlengkapi radar MR-302/Strut Curve Air/Surface Search.
WIKIPEDIA


KRI LAMBUNG MANGKURAT 374

KRI LAMBUNG MANGKURAT 374


KRI Lambung Mangkurat adalah sebuah Korvet kelas Parchim yang dibuat untuk Volksmarine / AL Jerman Timur pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal / pantai. Enam belas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal (versi modifikasi) dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast.
Soviet memesan kapal ini dengan tujuan untuk menolong industri kapal Jerman Timur, karena saat itu sebenarnya Soviet sudah mempunyai Korvet kelas Grisha yang lebih baik dibanding Parchim dalam semua aspek. Begitu keluar dari perairan dangkal keampuhan dari kapal kelas Parchim ini menurun drastis.[1]
Di Soviet korvet kelas Parchim dikembangkan lagi menjadi Korvet kelas Parchim II. Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal Parchimnya ke TNI AL Indonesia pada tahun 1993. Oleh TNI AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama dilaut.
WIKIPEDIA